Dolar terus kehilangan pijakan melawan yen dan franc Swiss. Tampaknya, ini bukanlah batasnya. Investor telah mengurangi selera untuk mengambil risiko di tengah penutupan sebagian pemerintahan AS dan tanda-tanda konfrontasi antara Gedung Putih dan Fed.

Dolar turun 0,39 persen ke 110,00 yen, level terendah sejak akhir Agustus, penurunan selama 8 sesi berturut-turut terhadap mata uang Jepang. Yen juga menyentuh level tertinggi selama 16 bulan terhadap pound dengan diperdagangkan di 139,90 yen dan level tertinggi empat bulan terhadap euro di 125,60 yen. Franc Swiss naik 0,2 persen terhadap dolar, ke level tertinggi selama 12 pekan di $0,98355. Situasi yang rumit di AS bahkan mengangkat emas dari dasar. Pada hari Senin, Emas naik ke level tertinggi selama enam bulan di $1269,30 per ounce.

Pada umumnya, veteran-veteran trading telah menyebut Natal tahun ini sebagai salah satu perdagangan tergelap. Saham AS jatuh, minyak merosot lebih dari 6 persen dalam sehari, berbagai peristiwa di Washington yang memperkuat kekhawatiran investor mengenai perlambatan ekonomi dunia di tahun depan. Indeks Volatilitas Wall Street, yang dianggap sebagai indikator yang akurat terhadap kekhawatiran investor, melonjak ke 36,10 poin, level tertinggi sejak 6 Februari. Presiden AS Donald Trump, yang menyebut Fed sebagai "satu-satunya masalah" dalam ekonomi AS, menambah besar api kekacauan, hanya beberapa hari setelah laporan bahwa Trump membahas pemecatan Ketua Federal Reserve Jerome Powell. Perlu dicatat bahwa jika Powell dipecat, hal ini akan mengurangi kemandirian Fed sebagai bank sentral dan pada akhirnya kredibilitas dolar. Karena banyak pasar yang ditutup selama Natal, pergerakan mata uang lainnya terbatas.