15.01.202412:20:00UTC+00Ekonomi Jerman Mengalami Kontraksi Pada Tahun 2023

Ekonomi Jerman mengalami kontraksi untuk pertama kalinya dalam tiga tahun terakhir pada tahun 2023 karena kombinasi dari inflasi yang terus-menerus tinggi, kenaikan suku bunga, dan lemahnya permintaan global mendorong aktivitas ke dalam fase resesi. Produk domestik bruto (PDB) menyusut 0.3 persen secara berurutan, berbeda dengan ekspansi 1.8 persen yang terlihat pada tahun 2022, kantor statistik Destatis melaporkan pada hari Senin. Ini adalah penurunan pertama sejak 2020. Pada basis penyesuaian kalender, PDB menyusut 0.1 persen, berbeda dengan ekspansi 1.9 persen pada tahun 2022. "Perkembangan ekonomi secara keseluruhan tersendat di Jerman pada tahun 2023 dalam lingkungan yang terus ditandai oleh berbagai krisis," kata Presiden Destatis Ruth Brand pada konferensi pers di Berlin. "Meskipun terjadi penurunan harga baru-baru ini, harga tetap tinggi di semua tahap dalam proses ekonomi dan menghambat pertumbuhan ekonomi," kata Brand. Selain itu, kondisi pembiayaan yang tidak menguntungkan yang disebabkan oleh kenaikan suku bunga dan melemahnya permintaan domestik dan luar negeri turut mempengaruhi. Brand mengatakan ekonomi Jerman tidak melanjutkan pemulihan dari kemerosotan ekonomi yang tajam yang dialami pada tahun pandemi 2020. PDB lebih tinggi 0.7 persen pada tahun 2023 dibandingkan tahun 2019, tahun sebelum pandemi Covid-19 melanda. Menurut informasi yang tersedia sejauh ini, PDB turun 0.3 persen pada kuartal keempat dari kuartal sebelumnya setelah disesuaikan dengan variasi harga, musiman, dan kalender. PDB negara dengan perekonomian terbesar di kawasan euro ini mengalami stagnasi pada kuartal ketiga. Terdapat kinerja yang beragam di antara sektor-sektor individual pada sisi produksi PDB. Industri tidak termasuk konstruksi mengalami kontraksi 2.0% karena output yang jauh lebih rendah di sektor energi. Manufaktur, yang menyumbang hampir 85 persen dari industri, berada di wilayah negatif pada tahun 2023. Meskipun industri otomotif dan manufaktur peralatan transportasi lainnya berkontribusi positif, nilai tambah di cabang-cabang industri yang padat energi menyusut setelah mengalami kenaikan harga pada tahun 2022. Industri konstruksi membukukan pertumbuhan moderat sebesar 0.2 persen pada tahun 2023. Sebagian besar cabang jasa memperluas kegiatan ekonomi mereka dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan membantu perekonomian pada tahun 2023. Di sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga turun 0.8 persen karena harga konsumen yang tinggi mengurangi daya beli. Selain itu, pemerintah secara umum mengurangi pengeluaran mereka untuk pertama kalinya dalam hampir 20 tahun, sebagian besar mencerminkan penghentian langkah-langkah Covid-9 yang dibiayai negara. Konsumsi pemerintah turun 1.7 persen. Pembentukan modal tetap bruto dalam konstruksi turun 2.1 persen pada tahun 2023. Kenaikan suku bunga yang mencolok serta harga konstruksi yang tinggi menghambat pembangunan perumahan. Sebaliknya, pembentukan modal tetap bruto pada mesin dan peralatan meningkat 3.0 persen, terutama disebabkan oleh peningkatan pendaftaran baru komersial mobil penumpang. Impor dan ekspor mengalami kontraksi masing-masing sebesar 3.0 persen dan 1.8 persen. Hal ini menghasilkan keseimbangan positif antara ekspor dan impor, yang mendukung PDB. Kondisi resesi yang telah berlangsung sejak akhir 2022 tampaknya akan berlanjut tahun ini, kata Andrew Kenningham dari Capital Economics. Ekonom tersebut memperkirakan pertumbuhan PDB nol pada tahun 2024. Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan ekonomi terbesar di kawasan euro ini akan menyusut 0.5% di tahun 2024.